Ciyee… Selamat buat temen-temen yang baru ikut wisuda minggu lalu.
Ciye-ciye… Status mahasiwa nya udah ganti jadi “graduated” dong ya.
Hehe... Mumpung masih nuansa fresh graduated, mau bagi-bagi cerita dikit
nih tentang hidup di jakarta.
Untuk perantau, mengetahui biaya hidup di tempat yang akan jadi tempat
singgah hukumnya wajib. Seperti, ehm, saya yang merantau ke Jakarta.
Beberapa teman pernah menanyakan tentang ini ke saya. "Biaya hidup di Jakarta berapa sih?". Pertanyaan yang Wajar. Dan setiap kali menjawab pertanyaan itu, saya cuma bisa jawab gini :
"Biaya hidup bergantung dari Gaya Hidup"
Karena ada beberapa teman, yang takut ke Jakarta karena biaya hidup. “Biaya hidup di Jakarta kan tinggi.” “Gaji banyak, tapi pengeluaran juga banyak.” “Ahh.. ngapain ke Jakarta, sama aja kayak di kota sendiri.” “Jakarta macettt…!! bikin pusing..!” Ya,
itu hak mereka. Saya? Selama nggak ada yang tanya pendapat saya, ya
senyumin aja. Mau komentar apa coba? Hahaha. Talk less do more aja. *eng ing engg.. nggak nyambung*
Apa karena saya di Jakarta, lalu saya menganjurkan teman-teman lain untuk ke Jakarta juga? Tidak. Apa saya melarang mereka untuk ke Jakarta? Juga tidak.
Selalu ada konsekuensi, enak dan nggak enak nya. Saya nggak pernah
ngajak siapapun untuk ke Jakarta dan saya nggak pernah melarang siapapun
untuk ke Jakarta. *Lagian siapa gua? Gua bukan Jokowi yang punya jakarta :ngakak*
Saya cuma nggak suka, sama mereka-mereka yang sudah memutuskan untuk merantau tapi masih saja mengeluh. Hello bro, nggak ada yang nyuruh dan maksa kamu buat jauh dari rumah. Itu pilihanmu. Jalani dengan tanggung jawab dan jangan mengeluh!
Kembali ke biaya hidup. Ngomongin biaya hidup itu sensitif tapi
penting. Biaya hidup kita, dimanapun itu bergantung pada gaya hidup
kita sendiri. Semakin tinggi pemasukan, biasanya pengeluaran
juga semakin besar. Karena setiap orang pasti pengin meningkatkan taraf
hidup menjadi lebih baik kan? Tapi ya kembali ke diri sendiri lagi, mau
nya hidup dengan cara bagaimana. Kadang ada yang rela mengeluarkan uang
lebih untuk mendapatkan fasilitas enak , nyaman, nggak sumpek
sana-sini. Tapi ada juga, yang rela hidup susah disini demi keluarga di
rumah.
Dan, saya mau share kira-kira berapa banyak nominal yang dihabisin untuk hidup sederhana di Jakarta. (*nggak maksud pamer lho! suwerr..! Just share aja, untuk referensi temen-temen lain yang mungkin mau merantau ke Jakarta juga*).
Kondisinya ini untuk cowok (saya), tahun 2010 – 2013, single (belum
menikah), ngekos dan nggak bisa masak sendiri kecuali masak mie instant
dan masakan2 lain pake rice cooker.
- Kos sederhana : 600 – 800 ribu. Kos tanpa AC. Kamar mandi dalem. Dapet lemari, kasur, ember, dan gayung. Sudah termasuk air, listrik, & keamanan. Di beberapa tempat ada yang menyediakan kamar kos dengan harga di bawah itu. Tapi jangan nuntut fasilitas lebih ya!
- Belanja bulanan : sekitar 100 – 200 ribu (beli air galon, sabun mandi, sabun cuci, de el el)
- Makan sebulan : 600 – 900 ribu. Rata-rata harga seporsi makanan, sebut saja soto ayam lamongan sekitar 12 – 15 ribu, kalau mau makan di warteg bisa 5 – 10 ribu. Asumsi sehari habis 20 – 30 ribu. (Dikali 30 hari).
- Tanpa kendaraan pribadi
- Kemana-mana naik angkot (kopaja/metro mini)
- Pulang ke rumah, setahun dua – tiga kali. Yang pasti saat lebaran dan idul adha.
Jadi, untuk bisa hidup aja di Jakarta kurang lebih
menghabiskan sekitar 1.5 juta – 2 juta. Jadi, kalau nyari kerjaan di
Jakarta dengan kondisi seperti di atas, minta gajinya di atas ini ya. *ting ting ting..!*
Bisa ditambahkan juga pengeluaran untuk lain-lain, karena kadang ada yang pengin lebih dari sekedar hidup dan untuk merealisasikan, juga membutuhkan uang lebih. Seperti Jalan-jalan, beli A-B-C, njajan, dan laen-laen, itu kembali ke kebutuhan masing-masing. Dan Bisa dipastikan BEDA!
Saya tidak bisa bilang ini mahal atau murah. Karena ada yang bisa hidup lebih hemat dari ini, dan ada yang bisa lebih mahal dari ini. Seperti yang saya bilang, biaya hidup bergantung dari gaya hidup.
Kalau dibilang gaji di Jakarta lebih tinggi daripada di tempat lain ya sebanding dengan biaya hidupnya. Tinggal bagaimana kita mengatur pemasukan dan pengeluaran agar seimbang.
Oiya, Sesepuh-sesepuh yang lebih dulu berlabuh di Jakarta mengajarkan pada saya untuk menjalani semuanya dengan enjoy. Jangan terlalu mengekang diri. Nggak usah takut nggak punya duwit, nggak bakalan mati. Ngalir aja lah. Tapi jangan lupa diri juga. “Perhitungan” untuk diri kita sendiri itu boleh, tapi jangan sampai membuat kita jadi pelit dan jangan sampe lupa beramal. Wozz…beramal itu salah satu jalan untuk membuka pintu rejeki lho!
Yang pasti satu. Nggak usah iri sama gaji orang lain. Biasanya kan ada tuh yang suka ngomong, “Iyaa gajimu kan lebih besar dari aku. Jelas aja masih sisa banyak.”
*di- amin – kan saja. amin. Meskipun rasanya pengin nyobek-nyobek mulutnya. Tetep senyum dan bilang amin. Tetep amin. *.
Inget. Tuhan itu Maha Adil. Semua rejeki sudah diatur dengan sangat cantik dan seimbang. Banyak juga kok gaji nya banyak, tapi hidupnya gitu-gitu aja. Dan banyak juga yang gajinya “pas-pas” an, malah taraf hidupnya lebih baik. Yang penting, selalu bersyukur! *hap hap hap! bawa pom-pom.* Yaps, demikian
Mohon maaf kalau ada salah kata, salah hati, salah eja, dan salah salah lainnya. Buat temen-temen yang mau share cost living di Jakarta, boleh tulis kemari-dimari. Semoga bermanfaat!
Sumber: Eldiar Sanjaya
Follow me
@eldiarsanjaya
Yang terlihat indah .....
Tidak selalu indah saat dijalani ...
Saya tidak bisa bilang ini mahal atau murah. Karena ada yang bisa hidup lebih hemat dari ini, dan ada yang bisa lebih mahal dari ini. Seperti yang saya bilang, biaya hidup bergantung dari gaya hidup.
Kalau dibilang gaji di Jakarta lebih tinggi daripada di tempat lain ya sebanding dengan biaya hidupnya. Tinggal bagaimana kita mengatur pemasukan dan pengeluaran agar seimbang.
Oiya, Sesepuh-sesepuh yang lebih dulu berlabuh di Jakarta mengajarkan pada saya untuk menjalani semuanya dengan enjoy. Jangan terlalu mengekang diri. Nggak usah takut nggak punya duwit, nggak bakalan mati. Ngalir aja lah. Tapi jangan lupa diri juga. “Perhitungan” untuk diri kita sendiri itu boleh, tapi jangan sampai membuat kita jadi pelit dan jangan sampe lupa beramal. Wozz…beramal itu salah satu jalan untuk membuka pintu rejeki lho!
Yang pasti satu. Nggak usah iri sama gaji orang lain. Biasanya kan ada tuh yang suka ngomong, “Iyaa gajimu kan lebih besar dari aku. Jelas aja masih sisa banyak.”
*di- amin – kan saja. amin. Meskipun rasanya pengin nyobek-nyobek mulutnya. Tetep senyum dan bilang amin. Tetep amin. *.
Inget. Tuhan itu Maha Adil. Semua rejeki sudah diatur dengan sangat cantik dan seimbang. Banyak juga kok gaji nya banyak, tapi hidupnya gitu-gitu aja. Dan banyak juga yang gajinya “pas-pas” an, malah taraf hidupnya lebih baik. Yang penting, selalu bersyukur! *hap hap hap! bawa pom-pom.* Yaps, demikian
Mohon maaf kalau ada salah kata, salah hati, salah eja, dan salah salah lainnya. Buat temen-temen yang mau share cost living di Jakarta, boleh tulis kemari-dimari. Semoga bermanfaat!
Sumber: Eldiar Sanjaya
Follow me
@eldiarsanjaya
0 komentar:
Posting Komentar